Papua Kembangkan Kopi Arabika Dan Cokelat

Mulia Ginting Munthe  Senin, 15/07/2013 15:46 WIB

Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Koperasi dan UKM mengembangkan dua komoditas unggulan dari bumi Papua yang dilaksanakan melalui pendekatan program one village one product , yakni kopi arabika organik dan cokelat.

Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK Kementerian Koperasi dan UKM I Wayan Dipta menjelaskan optimalisasi komoditas kopi dan cokelat itu mengedepankan peranan koperasi di wilayah ini.

”Kedua unit koperasi yang diberi kepercayaan menjadi koordinator adalah Koperasi  Serba Usaha (KSU) Baliem Arabika di Jayawijaya dan KSU Namblong Indah Mandiri di Kabuoaten Jayapura,” katanya kepada Bisnis, Senin (15/7/2013).

Setelah kedua komoditas tersebut ditetapkan sebagai unggulan Provinsi Papua, Kementerian Koperasi dan UKM menginginkan terjadi sinergitas antara pemerintah provinsi dengan seluruh perangkat Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD).

Sinergi pengembangan kedua komoditas itu dari hulu hingga hilir akan membuat kopi dan cokelat dari Papua bisa bersaing pada pasar nasional dan luar negeri. Kopi dan cokelat Papua harus menjadi kebanggaan masyarakatnya.

Menurut Wayan Dipta, banyak masyarakat yang terlibat mengembangkan kopi dan cokelat sehingga berpotensi meningkatkan kesejahteraan. “Kami berharap ada instruksi dari gubernur sebagai dasar pengembangan produk unggulan di Papua.”

Apalagi KSU Baliem Arabika memiliki visi untuk mewujudkan salah satu program pemberdayaan ekonomi kerakyatan melalui pengembangan kopi arabika bersertifikasi organik berstandar ekspor.

Menghasilkan kopi standar ekspor, kata Wayan, akan meningkatkan standar nilai jual di tingkat petani serta memiliki posisi tawar untuk memasarkan hasil produk mereka. Saat ini KSU Baliem Arabika memasarkan kopi dengan merk dagang Baliem Vlue Coffee.

”Pasarnya, a.l. telah masuk ke Amerika Seriklat, Belgia, Belanda, dan Jerman. Prestasi ini bisa diraih, karena produknya diperkuat dengan srtifikasi kopi organik, sertifikasi fair trade serta sertifikasi rain forest alliance,” tutur I Wayan Dipta.

KSU Baliem Arabika sudah mampu mengekspor secara mandiri, akan tetapi masih terkendala dengan pelabuhan yang masih mengandalkan masuk Makassar lebih dulu. Hal ini membuat biaya gudang meningkat jadi Rp70 juta per tahun.

Post a Comment

0 Comments